Loading...

TIGA UNSUR DALAM KHOTBAH


Khotbah mengandung tiga unsur, yaitu Penafsiran, Pesan dan Komunikasi. Ketiga unsur ini mempunyai kaitan yang erat satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penafsiran, pengkhotbah beroleh pesan yang akan disampaikan melalui khotbah. Melalui komunikasi, pesan disampaikan dengan hidup. Atau sebaliknya, tanpa pesan, khotbah yang sekomulatif apa pun akan menjadi hampa. Jadi dapat dikatakan ketiga hal ini tidak dapat terpisahkan satu dengan lainnya.
Penyampaian khotbah sebenarnya terlibat dalam dua macam proses yaitu:
1.      Pengkhotbah yang tinggal di dunia  modern menafsirkan Alkitab yang ditulis pada zaman dahulu. Dia berusaha mengerti apa yang diajarkan Tuhan melalui penulis Alkitab kepada pembaca Alkitab zaman itu. Kemudian berusaha untuk menghubungkannya dengan situasi masa kini.
2.      Pengkhotbah menyampaikan pesan atau ajaran Alkitab  itu dengan komunikatif kepada pendengarnya yang sama-sama berada didunia modern.
            Dalam penafsiran Alkitab  sering terjadi kesulitan, kesulitan itu terjadi dari segi pemahaman. Pemahaman ini perlu melintasi banyak macam pemisah, diantaranya waktu, tempat, bahasa, budaya, keadaan masyarakat, dan masih banyak yang lainnya. Supaya penafsiran Alkitab dan khotbah yang disampaikan dapat dibawakan dengan baik, perlu adanya ketelitian dalam mengetahui berbagai latarbelakang yang terjadi pada masa lampau kemudian mencoba menghubungkannya dengan situasi konkrit pada zaman modern, tujuannya agar pesan yang disampaikan pada zaman dahulu masih relevan dengan masa kini, selain itu pula khotbah yang disampaikan bisa benar-benar dimengerti oleh pendengar ada zaman modern.
            Dalam berkhotbah sudah tentulah melibatkan interaksi antara pengkhotbah dengan pendengar. Dan lebih dari itu, dalam pelayanan ini ada unsur supernatural. Roh Tuhan berkarya melalui khotbah yang disampaikan oleh hamba-Nya. Roh Tuhanlah yang menuntun pikiran dan emosi pengkhotbah dalam penafsiran Alkitab dalam penyampaian khotbah. Dalam pelayanan berkhotbah, manusia hanyalah alat dalam tangan Nya. Dalam tugas mulia ini, sebenarnya unsur kerohanian dan kedewasaan pengkotbah sangat menentukan. Pengkhotbah seharusnya adalah orang yang dipilih, disiapkan, dipimpin dan diutus Tuhan untuk menyampaikan pesan penting.

I. Penafsiran
A. Pengkhotbah perlu menguasai penafsiran Alkitab
Menguasai penafsiran Alkitab memang tidak mudah dan sulit, namun penkhotbah harus tetap menguasai prinsip dan metode penafsiran, Sebab tidak mungkin seorang menjadi pengkhotbah yang benar-benar memberitakan ajaran Alkitab, tanpa terlebih dahulu menjadi penafsir yang baik.
Penafsiran adalah unsur penting dalam khotbah. Karena mempunyai penafsiran yang tepat, pengkhotbah baru dapat menyampaikan isi khotbah dengan tepat. Penafsiran yang mendalam lebih mungkin menghasilkan khotbah yang mengungkapkan kekayaan Firman Tuhan. Berkotbah merupakan seni berpidato, orang yang mahir dalam menafsir, belum tentu ia hebat dalam menyampaikan khotbah. Bahkan terkadang dapat membuat pendengar kebanyakkan ngantuk, karena ia tidak mempunyai bakat berpidato. Bakat itulah yang membuat sebuah khotbah menjadi menarik. Dalam sebuah khotbah perlu adanya persiapan terlebih dahulu, supaya tidak terkesan bahwa  isi pesannya hanya semata-mata  bergantung dari Alkitab. Tanpa berusaha mencari atau menggali lebih mendalam makna dari pesan yang tertulis dalam Alkitab. Dalam hal berkhotbah, seharusnya pengkhotbah selalu ingat bahwa Alkitab harus dibaca, ditafsir dan dipahami olehnya sebelum dia menyampaikan khotbah itu. Dalam penyampaian khotbah, tidak harus sang pengkhotbah menyampaikan secara keseluruhan dari isi Alkitab yang menjadi renungan, tetapi berusaha mencari nast-nast tertentu yang dapat menjadi acuan dalam berkhotbah.
Robinson berpendapat bahwa pengkhotbah seharusnya datang kepada Alkitab seperti seorang anak lugu. Ia datang bukan untuk berdebat, atau membuat naskah khotbah. Ia datang untuk membaca agar mengerti; ia berusaha mengerti agar ia dapat mengalami apa yang dimengertinya. Namun ia juga harus datang sebagai seorang dewasa, karena Alkitab memang bukan sebuah kitab yang mudah dimengerti. Dengan kata lain, disatu pihak pengkhotbah harus bersikap lugu, bagaikan orang Kristen biasa yang otaknya belum dipenuhi beraneka pendapat dan teologi. Di lain pihak, dia pun datang dengan sikap seorang dewasa, sebab alkitab memang perlu ditafsir dengan berbagai prinsif dan metode. Namun pengkhotbah yang ingin menafsir dengan benar, perlu mendapat persiapan, pendidikan dan latihan yang memadai.
Dalam upaya untuk menafsirkan sebuah khotbah tentunya banyak hal yang perlu diketahui, tentunya orang tersebut benar-benar sudah dipersiapkan dalam bidang itu. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain; bahasa asli yang terdapat dalam alkitab, latarbelakang, dan sebagainya.  Terkadang begitu banyak kita jumpai buku-buku tafsian yang beredar dipasaran, sehinggga secara tidak langung dapat membantu pengkhotbah, tetapi ada hal perlu diingat, apakah isi tafsiran itu benar-benar sesuai dengan isi Alkitab?. Seorang pengkhotbah yang ulung tentunya ia terlebih dahulu mengkritisi isi tafsiran tersebut, apakah sesuai atau tidak, sehingga dengan demikian ia dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang ia jumpai dalam buku-buku  tafsiran yang ada dipasaran, kemudian dapat menjadi seorang penafsir yang  baik.

B. Beberapa hal tentang tafsiran
Proses penafsiran didukung beberapa analisis. Analisis-analisis ini paling tidak terdiri atas analisis teks, analisis sastra, analisis introduksi, analisis sejarah dan latar belakang, analisis sastra, analisis konteks, analisis arti kata, dan analisis tata bahasa. Ada beberapa macam prinsip dan metode yang dapat dipakai dalam satu analisis. Tetapi pemakaiannya berbeda dari satu kasus kekasus lain. Setelah ditafsir dengan berbagai analisis, pengkhotbah dapat mengumpulkan data yang cukup banyak. Lalu pada data ini dia menemukan benang merah yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain. Berdasarkan benang merah ini dia menyeleksi informasi yang dianggap saling berkaitan. Informasi ini merupakan penjelasan yang dapat menerangkan bagian alkitab yang diselidiki itu. Penjelasan ini disusun dengan logis dan teratur, lalu dituliskan menjadi satu tafsiran yang utuh, indah dan jelas.
            Salah satu patokan yang mengukur bermanfaat tidaknya sebuah tafsiran adalah apakah tafsiran itu dapat menjelaskan ayat-ayat yang ditafsirkannya. Isinya membantu pembaca mengenal dan mengerti apa yang ditulis Alkitab. Ia menjawab pertanyaan yang timbul dalam hati pembaca Alkitab. Penjelasannya jelas dan masuk akal. Bahasanya sederhana dan mudah dimengerti. Dan dengan membaca  tafsiran ini, kerohanian pembaca tumbuh.

C. Sebuah Tafsiran
Dalam menafsirkan sebuah teks dalam Alkitab, tentunya banyak hal yang perlu untuk diperhatikan. Selain konteks, terkadang juga pengkhotbah harus mencari tahu latarbelakang Alkitab; misalkan bagaimana situasi pada saat itu, bahasa apa yang paling menonjol, siapa pengarangnya, dan dalam situasi apa teks itu ditulis. Apabila sudah menemukan kesemuannya itu, maka akan lebih mudah untuk dapat mencari hal-hal yang sekiranya dapat dipertanyakan oleh pembaca. Sehingga dengan demikian sebuah tafsiran dapat dibaca dengan baik.

D. Dari tafsiran ke Khotbah
Proses penafsiran sebenarnya belum selesai sebelum pengkhotbah menemukan pesan Alkitab yang di tujukan kepada manusia modern. Pesan ini merupakan petunjuk atau prinsip dasar yang ingin disampaikan penulis kitab.  Pesan ini bersifat universal dan berlaku pada segala zaman modern. Pesan ini bersifat universal  dan berlaku pada segala zaman. Itu sebabnya pesan ini juga relevan dengan pendengar zaman modern.
Tafsiran yang baik tentunya relevan dengan situasi masa kini, artinya ia dapat menjawab kebutuhan para pendengar atau pembaca. Penafsir  bertugas menemukan pesan yang ada dalam Alkitab yang akan disampaikan melalui khotbah. Penafsiran memang erat hubungannya dengan khotbah. Data dalam tafsiran, baik dalam proses penafsiran maupun kesimpulan penafsiran, dapat diterapkan dalam khotbah. Data ini dapat dipakai dalam pendahuluan, batang tubuh khotbah, dan penutup dalam khotbah. Data ini bukan hanya sekedar disebutkan dalam khobah. Data ini menjadi dasar pembahasan pengkhotbah, dengan demikian pengkhotbah mengajak pendengar mengerti, merenungkan dan mengingat petunjuk atau prinsip dasar yang disampaikan penulis kitab. Bahkan maju satu langkah, apa yang diajarkan penulis kitab itu diwujudkan di dalam kehidupan pendengar.

II. Pesan
Pesan adalah petunjuk atau prinsif dasar yang disampaikan dalam suatu bagian Alkitab. Lalu petunjuk atau prinsip dasar ini dijadikan sebuah khotbah. Jadi pesan adalah inti khotbah yang ingin disampaikan  pengkhotbah kepada pendengarnya dengan tujuan mereka memahaminya dengan baik, menerimanya dengan senang hati, dan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Yang dicari pendengar sebenarnya bukan “Khotbah”,  tetapi  “Pesan” . Pesan itulah  yang memenuhi  kebutuhan pendengar, bagaikan air yang menghilangkan rasa haus orang yang meminumnya. Sebab  dalam khotbah terdapat berbagai hal yang menjelaskan pesan, dan yang meyakinkan pendengar menerima pesan.  Seorang pengkotbah harus merasa yakin bahwa pesan yang dia sampaikan memang dibutuhkan pendengarnya.
            Sumber pesan khotbah tetap adalah Alkitab, dan sekali lagi, ini harus diperoleh pengkhotbah melalui penafsiran. Dalam hal ini, pengkhotbah membutuhkan sebuah ide yang membantu dia menemukan satu atau beberapa bagian Alkitab yang akan dijadikan sebagai dasar khotbah. Ide ini berfungsi membantu pengkhotbah menemukan bagian Alkitab yang akan dikotbahkan.

a.       Pentingnya pesan: Pesan itu penting karena pesan adalah inti khotbah. Tanpa pesan sebenarnya khotbah sudah hilang maknanya. Khotbah juga harus mempunyai pesan  yang jelas. Dengan pesan yang jelas, pegkhotbah baru mungkin menyampaikan khotbah yang jelas. Karena khotbah ditulis bertumpu pada pesan, maka pengkhotbah akan memilih pola, bahasa dan penjelasan yang cocok untuk menyampaikan pesan.  Dengan kata lain, karena mengenal pesan dalam khotbahnya, pengkhotbah tahu apa  yang akan dikotbahkan dan tahu bagaimana mengkomunikasikannya kepada pendengar. Pesan dianggap penting, karena pesan diyakini akan mendatangkan berkat besar bagi pendengar yang menerimanya dan mungkin saja pesan bertujuan menyadarkan pendengar akan suatu  bahaya, atau membantu mereka memecahkan suatu masalah, atau menguatkan iman mereka dalam masa sulit. Jadi boleh dikatakan, “berita (atau pesan)” dalam khotbah berkaitan dengan  “bobot” (atau mutu) pengkhotbah. Pengkhotbah yang berbobot  mempunyai beban yang bertahan lama dan tepat. Dari “beban” pengkhotbah lahir “berita” yang dibutuhkan pendengar (walaupun sesungguhnya berita atau pesan  berasal dari Alkitab). Dan pengkhotbah “berbobot” menyampaikan “berita” yang berbobot pula.  Mutu  sebuah khotbah ditentukan oleh pesannya. Kalau pesan itu berasal dari alkitab, khotbah itu patut didengar. Sebab apa yang diterima pendengar bukanlah berita dari manusia tetapi pesan dari Alkitab.

b.      Hubungan pesan dengan tujuan: Dalam khotbah, pesan dan tujuan mempunyai hubungan erat, walaupun kedua hal ini tidak sama. Pesan adalah inti khotbah, yang diperoleh pengkhotbah melalui penafsiran Alkitab. Sedangkan tujuan menjabarkan pesan ke dalam aplikasi yang konkrit. Itu sebabnya tujuan lebih berhubungan dengan perubahan yang diharapkan pengkhotbah  terjadi pada pendengar  setelah mereka mendengar khotbah. Perubahan ini mencakup tindakan, pikiran, pengetahuan, atau keterampilan  yang terlihat dalam kehidupan pendengar. Pengkhotbah yang mengenal tujuan akan menyampaikan khotbah yang jelas dan konkrit. Tujuan biasanya juga dinyatakan melalui aplikasi yang diberikan dalam khotbah. Sebuah khotbah biasanya mempunyai banyak tujuan. Jumlah tujuan yang sedikit membuat pengkhotbah memfokuskan pembicaraannya.

III. Komunikasi
A. Apa itu komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang bersifat interaksi yang terjadi antara dua pihak yang menggunakan sistem simbol yang disepakati lalu bagi golongan lain, komunikasi seharusnya dilihat sebagai interaksi yang menghasilkan makna pada berita yang dikirimkan baik secara tertulis maupun secara lisan. Jadi komunikasi itu sama interpensinya. Sedangkan pakar lain melihat pentingnya unsur budaya dalam komunikasi. Budaya adalah sistem yang mengorganisirkan interaksi; budaya adalah lingkungan bagi komunikasi. Komunikasi adalah bagian dalam kehidupan manusia, yang menuntut introspeksi diri dan interprestasi atas berita yang dikirim orang lain. Komunikasi melibatkan pemahaman orang yang bersangkutan terhadap dunia luarnya.

B. Tahap-tahap dalam komunikasi
1.      Tahap trasmisi: Dalam tahap ini terjadi penyampaian atau penyebaran berita. Penyampaian dan penyebaran ini mungkin saja belum dilakukan dengan baik.
2.      Tahap berkontak: Dalam tahap ini penerima berita sudah mendapat berita, atau secara fisik, kedua pihak sudak bertemu.
3.      Tahap umpan balik: Berhubung kedua pihak masih mengambil jarak, maka apa yang terjadi ditahap umpan balik ini sangat penting. Umpan balik yang dimaksudkan disini adalah respon yang diterima komunikator dan komunikan.
4.      Tahap mengerti: Dalam tahap ini penerima berita mulai merasa yakin bahwa dia mengerti maksud yang disampaikan pengirim berita itu.
5.      Tahap menerima: Dalam tahap ini pengirim dan penerima berita  lebih berdekatan satu dengan yang lain. Ini bukan berarti mereka sudah saling menyetujui, namun sudah muncul sikap saling menerima antara mereka. Dalam hal berkhotbah, untuk memasuki tahap ini pendengar harus percaya bahwa pesan itu dapat dipercayai.
6.      Tahap terjadi pembenahan dalam hati: Tidak ada jaminan sikap seorang akan berubah jika dia menerima satu berita secara intelektual. Mungkin saja mulut dan pikiran menerima berita menyatakan bahwa dia sudah menerima, tetapi dia masih belum bersedia menerima dengan sepenuh hati.
7.      Tahap berinteraksi: Dalam tahap ini antara pengirim dan penerima berita sudah mencapai interaksi yang menghasilkan sikap saling tergantung satu dengan yang lain. Ini bukan berarti mereka sepakat dalam segala hal, atau hubungan mereka sudah bebas dari ketegangan.

C. Perbandingan komunikasi tertulis dengan komunikasi lisan
Berikut ini adalah daftar sederhana tentang kelebihan dan keterbatasan  komunikasi tertulis dan komunkasi lisan:


1.       Kelebihan komunikasi tertulis
a.       Penulis mempunyai waktu dan sumber yang lebih memadai untuk mengadakan riset dan perbaikan akan naskahnya.
b.      Penulis dapat membaca naskahnya berulang kali, sehingga dia menguasai isinya.
c.       Naskah tertulis dapat dicetak dalam jumlah besar, lalu disebarkan dengan luas.
d.      Pembaca lebih mudah mengikuti jalan pikiran, argumentasi atau jalan cerita penulis.
2.       Keterbatasan komunikasi tertulis
a.       sangat tergantung pada kesediaan pembaca untuk membaca sebuah karya tulis.
b.     Pada umumnya minat baca dimasyarakat Indonesia tidak terlalu tinggi.
c.       Ada banyak hal yang mudah dilakukan dalam komunikasi lisan, misalnya nada atau isyarat tangan tetapi tidak dapat dilakukkan dalam komunikasi tertulis.
3.        Kelebihan komunikasi lisan
a.       Dibandingkan komunikasi tertulis, komunikasi lisan lebih mudah dilakukan.
b.      Komunikasi lisan dilakukan dalam pertemuan bertatap muka.
c.       Kesempatan kedua pihak bertatap muka memudahkan komunikasi yang melibakan banyak macam indera (mendengar, melihat, merasa) dan media (suara, isyarat tangan, papan tulis, slide, drama, film).
d.      Pembicara lebih mudah mengatur suasana dan lingkungan yang mendukung komunikasinya.
e.       Pendengar lebih enggan meninggalkan pertemuan sebelum pertemuan usai.
f.       Pembicara lebih mudah melakukan komonikasi yang bersifat interaktif dengan pendengar.
g.     Pembicara lebih mudah mengadakan tindak lanjut atas respons pendengar.
4.       Keterbatasan komunikasi lisan
a.       Komunikasi lisan dilakukan dalam satu kali perteuan, yang lebih bersifat spontan.
b.      Karena terbatas dengan waktu berbicara,  pembicara tidak dapat mengadakan pembahasan yang panjang dan rumit.
c.       Pembicara tidak mudah mempertahankan perhatian pendengar dala jangka waktu panjang.
d.      Ada banyak unsur yang menggangu komunikasi lisan, dan ada kalanya sulit diatasi.
e.      Kemampuan dan kemauan pendengar mendengar sangat berbeda.
f.       Pada umumnya, pendengar tidak berkesempatan mancari tamabahn dari pembicara.

D. Kesanggupan Berkomunikasi
Kesanggupan berkomunikasi setiap orang tentulah tidak sama. Kemampuan berkomunikasi berhubungan dengan pendidikan formal yang diterima orang yang bersangkutan. Salah satunya, orang yang mendapat pendidikan yang baik dapat memakai bahasa dengan baik pula. Pembawaan, latar belakang keluarga, pengalaman dalam pergaulan, dan budaya di mana seorang dibesarkan juga ikut menentukan kemampuannya berkomunikasi. Ada orang tertentu sejak kecil sudah pandai berbicara.
            Ketika seseorang sanggup mengenal kesedihan orang lain dan mengungkapkan kesedihan itu, ia telah maju dalam hal berkomunikasi. Jadi, pengkhotbah perlu melatih kesanggupan berkomunikasi secara lisan. Komunikasi lisan memang penting. Pengkhotbah perlu memperhatikan kontak mata dan suaranya dalam penyampaian khotbah. Tetapi komunikasi lisan perlu didukung isi khotbah yang  bermutu dengan memperhatikan komunikasi tertulis juga.

E. Sedikit  Mengenal  Komunikasi Lisan
Komunikasi yang efektif akan mencapai salah satu satu atau semua tujuan yaitu mengajar, meyakinkan dan lain-lainnya. Dan salah satu unsur penting dalam komunikasi adalah berita. Dengan kata lain, komunikator harus tahu apa yang dikomunikasi kan. Jika pengirim berita  itu dipandang sebagai orang terhormat dan dapat dipercaya, dengan sendirinya berita yang disampaikannya juga akan disambut dengan baik. Sebaliknya, jika pengirim berita tidak dihormati dan tidak dapat dipercaya, kata-katanyapun tidak dapat dihargai.
            Komunikasi lisan di antara manusia dapat terjadi secara langsung dan secara tidak langsung. Berkhotbah di gereja termasuk komunikasi secara langsung. Dan dalam poses komunikasi lisan, terjadi interaksi  antara penyampai berita dan penerima berita. Mungkin dengan tidak sengaja pendengar melihat jam tangannya berulang kali. Ini syarat bahwa dia sudah agak bosan. Pendengar juga dapat mengirim berita dengan sadar. Jadi sesunggihnya dalam komunikasi lisan, kedua pihak berperan aktif dalam komunikasi. Dan dalam proses ini perlu menafsir berita yang mereka terima. Hasil penafsiran mereka mempengaruhi sikap mereka, dan menentukan berita berikut yang akan dikirim.

F. Hubungan Komunikasi Lisan Dengan Pelayanan Berkhotbah 
Berkhotbah adalah pelayanan yang bersifat rohani. Dalam pelayanan ini, pengetahuan dan ketrampilan komunikasi lisan, sebagai karunia dari Tuhan, dapat digunakan dengan tujuan yang mulia. Komunikasi lisan memainkan peranan penting dalam pelayanan berkhotbah. Pengkhotbah yang mahir dalam komunikasi sudah tentu lebih mungkin mendapat hasil yang diharapkan.
Khotbah yang mempunyai tujuan yaitu menjelaskan Alkitab kepada pendengar, membuat pendengar tertarik, suka menerima dan mengingat ajaran Alkitab, meyakinkan pendengar bahwa ajaran Alkitab itu baik dan harus diterima dan mengajak pendengar melakukan ajaran Alkitab, dan komunikasi melibatkan aspek fisik misalnya pengkhotbah itu perlu memakai suara yang lebih nyaring. Aspek rasio misalnya ia harus menggunakan argumen yang lebih logis. Aspek emosi misalnya ia membagi pengalaman bagaimana ia ditolong Tuhan.  Dan untuk aspek rohani, misalnya ia meminta tim doa.

G. Ciri-ciri komunikasi lisan yang efektif
Adapun yang menjadi ciri-ciri lisan yang efektif adalah:


o   Dibaca dan diucapkan dengan jelas
o   Berdasarkan apa yang sudah diketahui pendengar
o   Mengenal pendengar
o   Berciri komunikasi dua arah
o   Seimbang dalam resio dan emosi
o   Berciri komunikasi multikanal
o   Mengurangi kendala
o   Mennggunakan bahasa lisan
o   Yang sederhana dan mudah dimengerti
o   .Yang konkrit
o   Mengajak pendengar merenungkan lebih lanjut dan lebih dalam
o   Berciri di luar dugaan pendengar
o   Berciri kreatif
o   Mudah dingat
o   Berciri positif atau yang bemaksud baik
o   Berciri adaptif
o   Berciri menidentifikasikan diri pembicara dengan pendengar komunikasi berhubungan dengan persuasi, sedangkan persuasi berhubungan denmgan identifikasi diri pembicara dengan pendengar.
o   Menarik perhatian pendengar, atau yang menegagkan
o   Mempunyai klimaks
o   Berciri memanusiakan
o   Dianggap penting atau relevan oleh pendengarmempunyai rasa humor
o   Mempunyai isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi tubuh wajah, dan kontak mata yang baik
o   Menunjukkan diri komunikator adalah orang yang dapat dipercayai
o   Mempunyai fokus yang jelas.




Tanggapan

“Berkhotbahlah
bukan karena Anda harus mengatakan sesuatu,
Tetapi berkhotbahlah
karena anda mempunyai sesuatu untuk dikhotbahkan”
(Richard Whately, Apothegsm)
Kalimat di atas, yakni kalimat yang saya temukan pada lembar sebulum pokok bahasan tiga unsur dalam berkhotbah telah membuat saya kagum bahkan berulangkali membacanya. Berdasarkan kalimat tersebut, saya berpendapat bahwa berkhotbah bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan. Tetapi merupakan sesutu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Apabila berkhotbah merupakan sebuah paksaan bagi kita, maka apa yang kita khotbahkan nantinya tidak akan menghasilkan sesutu yang baik, tetapi khotbah yang sungguh-sunggu sudah tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.
Pada halaman pertama telah diuraikan, bahwa dalam berkhotbah perlu adanya tiga unsur yang menjadi bagian dalam khotbah. Unsur-unsur tersebut antara lain: penafsiran, pesan dan komunikasi. Penafsiran merupakan langkah awal yang harus dipelajari oleh seorang pengkhotbah. Tafsiran adalah upaya untuk mencari tahu, apa makna yang terkandung dalam di balik isi alkitab yang akan dikhotbahkan. Karena alkitab adalah sebuah tulisan yang ditulis sekitar ribuan tahun yang lalu, sehingga perlu untuk digali. Tujuan dari penafsiran  adalah untuk menyesuaikan isi alkitab dengan kebutuhan pada  masa kini.
            Seorang penafir yang hebat ialah bagaimana ia dapat membaca, meneliti isi Alkitab yang ada, kemudian berusaha untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah ia ketahui, setelah itu ia berusaha untuk menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana, sehingga dapat dijangkau oleh para pendengar. Ia berusaha menjawab kebutuhan jemaatnya. Sehingga teks yang ditulis ribuan tahun yang lalu tetap masih relevan dibaca sepanjang masa. Thomas Grome, seorang pemikir PAK mengatakan bahwa dalam mengajar kita harus memperhatikan tiga hal yaitu masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Menurut saya, pendapat tersebut sangat relevan apabila diterapkan dalam berkhotbah. Dengan kita mempelajari dan mendalami masa lampau (yakni Alkitab) dan menghubungka atau mengaitkannya dengan masa sekarang (situasi jemaat) maka akan sangat bermanfaat bagi masa depan, baik itu kita sendiri ataupun jemaat yang mendengarkan khotbah tersebut.
            Berkhotbah melibatkan interaksi antara pengkhotbah dengan pendengar. Dan lebih dari itu, dalam pelayanan ini ada unsur supernatural. Roh Tuhan berkarya melalui khotbah yang disampaikan oleh hamba-Nya. Roh Tuhanlah yang menuntun pikiran dan emosi pengkhotbah dalam penafsiran Alkitab dalam penyampaian khotbah.
            Seorang pengkhotbah yang baik tentunya ia akan mengerti apa yang akan ia sampaikan  dalam khotbahnya. Dalam khotbahnya perlu adanya pesan yang terselib, agar pendengar merasa puas dan tersentuh setelah mendengarnya.  Pesan itu bisa saja berasal dari Alkitab, tetapi alangkah lebih baik lagi berdasarkan kebutuhan jemaatnya. Pesan yang disampaikan  seharusnya dapat mengena dihati pendengar. Sumber pesan khotbah tetap adalah Alkitab, dan sekali lagi, ini harus diperoleh pengkhotbah melalui penafsiran. Dalam hal ini, pengkhotbah membutuhkan sebuah ide yang membantu dia menemukan satu atau beberapa bagian Alkitab yang akan dijadikan sebagai dasar khotbah.
Komunikasi adalah suatu proses interaksi antara dua pihak atau lebih dengan menggunakan simbol yang disepakati. Komunikasi merupakan sebuah sarana untuk menyampaikan berbagai berita penting yang  dimiliki oleh masing-masing individu. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa komunikasi terdiri atas dua bagian, yakni; secara lisan dan tertulis. Secara lisan dapat berupa sebuah khotbah, ceramah, pidato dan lain-lain. Sedangkan yang bersifat tertulis, bisa berupa surat, majalah, surat kabar dan sebagainya.
            Dengan ini penulis berharap  agar nantinya kita tidak menyepelekan tugas kita sebagai pengkhotbah serta tidak berkhotbah asal-asalan sesuka hati kita. Tetapi, dengan pelajaran ini kita dapat menjadi pengkhotbah yang baik, pengkhotbah yang selalu menyiapkan khotbahnya dengan sunggu-sungguh dengan memperhatikan unsur-unsur yang harus dilakukan dalam berkhotbah. Dengan demikian maka khotbah yang akan kita sampaikan nanti pastilah akan membuahkan hasil yang baik pula.
           





Terimakasih atas kunjungan Sobat sekalian.
Bila anda suka dengan artikel ini silahkan Follow via Twitter, Like Via Facebook, Share di jejaring sosial, atau berlangganan Artikel dari blog ini secara gratis. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah, secepat munggin saya akan balas dan perbaiki.
[mau copas artikel, silahkan tetapi tolong cantumkan sumbernya, demi kenyamanan kita semua].
Salam Blogger!!!
 photo Cap-TTd.jpg, Pondokfirman.blogspot.com.
Pdt. Andrey Christianto, S.Th
Admin

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

TIGA UNSUR DALAM KHOTBAH 4.5 5 Unknown Sabtu, 14 Juni 2014 TIGA UNSUR DALAM KHOTBAH: PENAFSIRAN, PESAN DAN KOMUNIKASI Khotbah mengandung tiga unsur, yaitu Penafsiran, Pesan dan Komunikasi . Ketiga unsur ini mempunyai kaitan yang erat satu dengan yang la...


Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat, Daftarkan email anda untuk mendapatkan update secara gratis langsung ke email anda dari Pondok Firman blog ini, jadi tunggu apalagi?? daftar sekarang juga..!! Gratis..!!!

author picture

About Author

Perkenalkan, Saya Pdt. Unknown, S.Th. Saya adalah seorang Bloger sederhana, yang mengisi waktu luang saya dengan mencoba sesutu yang baru yang bisa mengasah kreatifitas saya. Saya merupakan Owner beberapa Blog termasuk Blog:: Pondok Firman. Sejak tahun 2011 Saya bekerja sebagai vikaris di Resot GKE Seruyan Hulu. Salah satu pedalaman di Kalimantan Tengah yang masih jauh dari kemajuan, dan sekarang saya dipercayakan menjadi pendeta di Jemaat GKE Sungai Rangit, Pangkalan Bun, Kal-Teng. Untuk mengenal saya lebih dekat sobat sekalian bisa menghubungi saya melalui G+ @ Unknown , atau contact lainnya yang tertera di blog ini seperti Facebook or Twitter.

Tidak ada komentar

Posting Komentar