Keluarga sebagai pembawa Syallom
Nast Alkitab :: 1 Raja-raja 17 : 7 – 24
Tema :: “Ketaatan untuk memberi”
(Perayaan Hari Anak, Remaja dan Kesejahteraan Keluarga GKE)
A. Introduksi Orang miskin belum tentu tidak mampu memberi. Inilah pesan penting dari nas kita hari ini. Pernyataan ini telah dibuktikan oleh janda di Sarfat, di daerah Sidon, ketika ia bertemu Elia, abdi Allah, Tuhan yang hidup.
B. Interpretasi dan Aplikasi 1. Iman dan ketaatan. Semenjak peristiwa kekeringan melanda Israel, bangsa Israel mengalami kesulitan dan kekeringan yang dahsyat. Hal ini dapat dimengerti karena Tuhan Allah hendak membuktikan bahwa Baal, sang dewa kesuburan, yang disembah Israel selama ini bukanlah Allah yang berkuasa dan mampu memberikan kesuburan, dan Baal tidak mampu mengatasi kekeringan yang melanda Israel, hal mana akan dibuktikan dalam pertandingan antara Allah dengan Baal dan Asyera dlm. 1Raj. 18:20 dab. Dalam konteks inilah janda di Sarfat tampil bertemu dengan Elia, nabi Allah itu. Sebagai seorang janda ia hidup berkekurangan, bahkan ia hanya memiliki sedikit bahan untuk membuat roti terakhir untuk dirinya dan anak satu-satunya (ay 12). Namun Tuhan Allah, melalui Elia memberikan janji pemeliharaanNya kepada sang janda itu dengan tidak membuatnya berkekurangan, sebaliknya berkecukupan untuk kehidupannya sehari-hari beserta anaknya dan Elia, karena “tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." (ay 14). Meskipun janda ini bukan orang Israel yang telah lama mengenal Tuhan Allah yang disembah Israel, namun ia taat pada perintah Tuhan melalui Elia. Ia tahu bahwa Elia adalah abdi Allah, Tuhan yang hidup! Kita menemukan iman yang luar biasa kepada Tuhan Allah dari orang bukan Israel. Ia taat dan melakukan perintah Elia untuk membuat roti bundar yang kecil untuk Elia, kemudian untuk dirinya dan anaknya, hal mana akan sangat sulit dilakukan ketika kita mengalami kesulitan hidup yang luar biasa. Di sini kita melihat bahwa iman dinampakkan dalam ketaatan hidup untuk melakukan perintah Tuhan. Memang, janda di Sarfat ini sempat meragukan pemeliharaan Tuhan atas hidupnya dan keluarganya saat kematian anak satu-satunya. Namun Alkitab menegaskan pemeliharaan Allah atas dirinya dan anaknya dengan kebangkitan anaknya dari kematian, suatu kejadian pertama dalam PL tentang kebangkitan manusia dari kematian! Inilah yang semakin meneguhkan iman janda di Sarfat itu sehingga ia berkata "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." (ay 24).
2. Belajar memberi dari kekurangan. Jangan menunggu jadi orang kaya baru kita merasa mampu memberi. Kis. 20:35 berkata, “…adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." Jadi, sikap memberi juga menampakkan ketaatan kita sebagai orang-orang percaya yang telah diberi dengan cuma-cuma suatu mutiara yang mahal yang tak ternilai harganya, yaitu KESELAMATAN DI DALAM YESUS KRISTUS! Saudara, janda di Sarfat ini mengajarkan kita sikap kerendahan hati dengan memberi dari kekurangannya, bahkan milik terakhir yang ia miliki untuk menyambung hidupnya dan anaknya. Hal ini senada dengan persembahan janda miskin dalam Mrk. 12:41 dab. Ia memberi dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya (Mrk. 12:44). Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kita diajak untuk belajar memberi apapun yang kita miliki bagi Tuhan, dengan penuh ucapan syukur dan terima kasih. Apakah yang terbaik yang telah kita berikan kepada Tuhan? Kepada GerejaNya? Apakah selama ini kita hanya menjadi penonton dan bersorak gembira dari pinggir lapangan atau bahkan menggerutu dan memaki gereja dan para pekerjanya. Janda di Sarfat cocok untuk menjadi pembelajaran kepada kita, sejauh mana kita rela memberi bagi Tuhan, bagi gerejaNya, dan bagi orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. Kita dapat berinstropeksi diri pribadi demi pribadi. Saat inilah saat yang tepat bagi kita untuk melibatkan diri pada pembangunan tubuh Kristus yang utuh, yakni segenap elemen jemaat yang rapi tersusun dalam satu pondasi yang benar, yakni Yesus Kristus, untuk kemuliaan Allah. Keluarga janda di Sarfat menjadi contoh keluarga yang taat pada perintah Tuhan, suatu keluarga yang dapat ditiru oleh segenap keluarga Kristen, keluarga —yang kata tema kita bulan ini—membawa Syallom, damai sejahtera Allah. Amin.
Selamat merayakan Hari Anak, Remaja dan Kesejahteraan Keluarga GKE.
Terimakasih atas kunjungan Sobat
sekalian.
Bila anda suka dengan artikel ini silahkan Follow via Twitter, Like Via Facebook, Share di jejaring sosial, atau
berlangganan Artikel dari blog ini secara gratis. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini
silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah, secepat munggin
saya akan balas dan perbaiki.
[mau copas artikel, silahkan tetapi tolong cantumkan
sumbernya, demi kenyamanan kita semua].
Salam
Blogger!!!
Pdt. Andrey Christianto, S.Th
Admin
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Tidak ada komentar
Posting Komentar