Nast : Pengkhotbah
4:17-5:6
Perikop : TAKUT AKAN ALLAH
Takut Akan Tuhan. Kawan-kawanku sekalian, ketika kita diperhadapkan dengan kitab Pengkhotbah ini dari
pasal yang pertama hingga pasalnya yang ke-12, sudah tentu kita akan
menyimpulkan bahwa kitab ini berisikan pernyataan-pernyataan bahwa ‘segala
sesuatu adalah sia-sia’. Dalam artian bahwa apa yang kita lakukan di dalam
kehidupan kita tiap-tiap hari -- bekerja, sekolah, jalan-jalan, ke gereja dan lain sebagainya -- hanyalah pekerjaan yang sia-sia belaka tanpa
menghasilkan apa-apa dan sepertinya tidak perlu lagi melakukan apa pun di hidup ini, karena toh sia-sia saja. Atau tidak perlu mencita-citakan sesuatu yang lebih tinggi, karena toh semuanya sia-sia. Kalau begitu penjelasannya "untuk apa kita lahir dan hidup di dunia ini? Sekolah tinggi-tinggi, bekerja, menikah, ke gereja dan lain sebagainya,,, toh kata kitab pengkhotbah semuanya sia-sia or gak ada hasilnya alias nihil...".
Akibatnya, kita mendapat gambaran bahwa kitab Pengkhotbah diwarnai oleh suasana pesimistis atau sikap diri yang plin-plan. Pandangan/pemikiran seperti ini juga digunakan sebagai "alat" untuk membenarkan keadaan kita yang pada saat ini sedang dalam pergumulan, "Galau" karena di tinggal pacar, rumah tangganya hancur, bangkrut, jatuh miskin dan lain sebagainya. Akhirnya, kitapun menjadi orang-orang yang pesimis tingkat "dewa" dan tidak mau bangkit lagi, padahal Firman tuhan katakan di dalam kitab Amsal 24:16 "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." Di sini, saya bukannya bermaksud memojokkan kitab Pengkhotbah atau menyalahkannya. Tetapi inilah sekilas gambaran yang akan muncul dibenak kita ketika kita membaca kitab pengkhotbah tanpa memahami dan menghayatinya lebih dalam atau dengan kata lain kita membaca kitab penghotbah hanya scara harafiahnya saja.
Lalu muncullah pertanyan sebagai berikut:
1. Apa sebenarnya maksud dari kitab pengkhotbah mengatakan bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini adalah sesuatu yang sia-sia?
2. Apakah kitab pengkhotbah juga mengajarkan bahya yang kita lakukan di dunia ini akan berhasil dan tidak menjadi kesia-siaan belaka?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu ketika kita membaca
kitab Pengkhotbah ini kita harus teliti dan menghayati dengan dalam maksud ayat per ayat dari kitab pengkhotbah -- jangan membaca lewat begitu saja, seperti orang yang "dikejar hantu"-- dengan demikian maka kita akan mengerti tujuan, maksud dan alasan sehingga
kitab ini berisikan tulisan-tulisan yang menggambarkan bahwa apa yang dilakukan
oleh manusia hanyalah kesia-siaan belaka.
Adapun alasan kitab pengkhotbah menyatakan bahwa kehidupan kita di dunia ini adalah sia-sia yakni karena di dalam setiap tindakan maupun pekerjaan yang dilakukan oleh manusia di dunia ini tidak
dilandaskan atas dasar takut akan Allah. Di sini, takut akan Allah bukan seperti kita takut dengan hatu, atau takut dengan anjing gila, atau takut di marah oleh orang tua yang mana ketika kita menjumpai hal tersebut kita akan berusaha memutar otak mencari cara agar bisa kabur atau lari, bahkan minggat dari rumah. Apabila pengertian takut akan Allah sama dengan hal tersebut, maka seseorang akan berusaha lari dari Allah contohnya: tidak mau ibadah karena takut ketemu Allah, tidak mau bersyukur, tidak mau berdoa, bahkan dalam segala hal di dalam kehidupan sehari-haripun tidak mau mengandalkan Allah, seperti yang di gambarkan kitab pengkhotbah.
Ada beberapa perwujudan tindakan tidak takut akan Allah yang
sering dilakukan oleh umatNya, berdasarkan Pengkhotbah 4:17-5:6, yaitu:
- 4:17: Penghkhotbah
ingin mengatakan bahwa apabila kita berada di bait Allah/gereja Mendengar
adalah lebih baik dari mempersembahkan korban. Dalam hal ini menghampiri
untuk "mendengar" (ayat 17b) mempunyai arti ganda, yakni
memperhatikan dan mentaati. Tetapi, terkadang agama dan penyembahan kepada
Allah seringkali diturunkan standarnya agar sesuai dengan kebiasaan
duniawi di sekitar kita. Ibadah tidak lagi berpusat kepada kehendak Allah
(teosentris), melainkan berpusat kepada keperluan manusia
(antroposentris). Kecenderungan tersebut amat berbahaya! Ada orang yang
berpikir demikian, "Walaupun saya tidak beribadah, tidak terlibat
dalam pelayanan, tidak berdoa, tetapi bila persembahan saya lancar,
perpuluhan saya lancar, semuanya akan beres. Itulah pendapat orang "bodoh" menurut pengkhotbah. Dalam hal ini, bukan berarti korban/persembahan
tidaklah penting, tetapi harus disesuaikan juga dengan sikaf yang
mendengar, memperhatikan dan mentaati firman Tuhan, maka persembahan itupun akan kita berikan dengan suka rela.
- 5:1-4, ayat ini
ingin menggambarkan tindakan tidak takut akan Allah yang kedua yakni
ketika manusia mengucapkan kerbohong/berdusta kepada Allah itu sendiri
tanpa sadar akan konsekuensi yang akan diterima olehnya. Contoh yang
diberikan pengkhotbah yakni dalam hal bernazar, tekadang ketika kita
mengingini sesuatu dari Allah maka kita berjanji akan melakukan apa saja
bagi Allah ketika keinginan tersebut tercapai dan terkadang pula janji
ataupun nazar kita tersebut sangatlah berlebihan, misalnya kita bernazar akan
mengadakan pesta besar-besaran ketika kita diterima menjadi PNS, dapat anak, dapat jodoh atau lain sebagainya. Alhasil, ketika keinginan kita telah
dikabulkan, nazar tak kunjung dilaksanakan dikarenakan berbagai macam
alasan. Dalam nast ini, pengkhotbah menegur dengan keras orang-orang yang
bertindak demikian, sebab Allah tidak menyenangi tindakan-tindakan seperti
itu. Bahkan pengkhotbah menyatakan bahwa lebih baik tidak usah melakukan
nazar kalau pada akhirnya tidak ditepati juga.
- 5:5: ayat ini
ingin menggambarkan tindakan tidak takut akan Allah yang ketiga yakni ketika
kita mengucapkan kebohongan/dusta terhadap utusan Tuhan ataupun sesama
kita manusia. Misalkan, ketika kita disuruh oleh ketua resort untuk
melayani jemaat A yang berada di paling hulu tempat kita pelayanan, yang
tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapainya, medan yang
sangat sulit dan ditambah rasa malas yang tidak bisa diobati akhirnya
membuat kita tidak menuruti perintah tersebut, walaupun pada awalnya kita
mengatakan ya untuk pergi. contoh lain ketika pendeta atau gembala yang melayani jemaat di tempat kita tinggal meminta kita untuk membatunya pada saat ibadah, ataupun kita di undang untuk datang ke kegitan gereja seperti ibadah minggu, kategorial dan lain sebagainya. Memang pada saat itu kita mengatakan YA! dengan berbagai macam pertimbangan, seperti malu atau jaga gengsi karena pada saat itu sedang ada pejabat, rekan bisnis atau tokoh yang terkenal yang sedang ikut mengobrol dengan kita. Ya! namun di dalam hati mengatakan TIDAK! . Alhasil, ketika kita di tanya atau di tegur, berbagai macam
alasan akan di utarakan baik itu karena lupa, khilaf dan berbagai macam
alasan lainnya. Bahkan tak jarang kita mengucapkan sumpah demi nama Tuhan untuk
membenarkan kebohongan ataupun tindakan kita tersebut. Ingat walaupun alasan kita untuk berbohong adalah demi kebaikan, tetap saja di mata Allah itu adalah berbohon ---> Dusta ---> adalah Dosa.
Ini yang menjadi alasan mengapa Pengkhotbah mengatakan segala
sesuatu sia-sia saja (5:6). Sebab ia tidak mendapati lagi orang-orang yang
konsisten dengan sikap dan perilakunya, serta manusia cinderung bertindak tanpa
berlandaskan takut akan Allah, alhasil perkerjaan manusia tersebut tidak
diberkati dan hanya menghasilkan kesia-siaan belaka.
Tetapi, di tengah-tengah kesia-siaan itu sebenarnya Pengkhotbah
ingin mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita ingin melakukan sesuatu, kita
harus melakukannya dengan takut kepada Allah. Takut akan Allah tidaklah sama seperti takut dengan hantu, anjing gila atau dimarahi oleh orang tua, tetapi wujud nyata dari takut akan alah bukanlah menjauhi Dia tetapi Mendekatkan diri kepada-Nya, misalkan ketika kita bertindak kita harus berpegang dan taat terhadap perintah dan rencana Allah di dalam kehidupan kita, Tuhan telah berikan waktu selama 6 hari untuk bekerja oleh sebab itu berikanlah satu harinya yakni hari ke tujuh untuk menyempatkan dirimu datang kepada Tuhan [jangan malah ke mall atau pantai dal lain-lain, kalau di pantai ada gerejanya atau ada ibadahnya sih gak masalah ... Ya itu adalah Hak kalian, tetapi Hak itu salah digunakan, kalau hanya untu pergi meninggalkan Tuhan], Tuhan telah berikan 100% keberhasilan kepadamu, Ia tidak minta apa-apa tetapi sadarlah dan berikanlah 10% nya untuk Tuhan [Tapi kalau kamu memberi dengan berat hati, mendingan gak usah, karena Allah tidak mau menerima sesuatu yang diberikan dengan terpaksa], Dan tentunya, kesia-siaan akan berubah menjadi sebuah
harapan dan keberhasilan apalagi kalau kita melakukan kehendak Allah dengan ringan hati, pastilah lebih jauh bedanya dengan hati yang terpaksa. Silahkan mencoba...
Selama 2 tahun belakangan ini saya melakukannya mengandalkan Tuhan dalam segala hal, memberi, dan mengikuti perinta Tuhan yang lainnya dengan hati senang, gembira dan ikhlas, saya telah merasakan luar biasanya Tuhan di dalam kehidupan saya, walaupun dalam duka dan kekurangan saya selalu bersyukur kepadanya, karena Ia masih memberiku Kesehatan, kekuatan, nafas kehidupan dan yang paling terpenting bahwa ku apa yang ku lakukan di dunia ini bukanlah sesuatu yang sia-sia, karena semuanya ku lakukan untuk Tuhan. Amin
Doc: Andrey Cristianto, S.Th
Terimakasih atas kunjungan Sobat
sekalian.
Bila anda suka dengan artikel ini silahkan Follow via Twitter, Like Via Facebook, Share di jejaring sosial, atau
berlangganan Artikel dari blog ini secara gratis. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini
silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah, secepat munggin
saya akan balas dan perbaiki.
[mau copas artikel, silahkan tetapi tolong cantumkan
sumbernya, demi kenyamanan kita semua].
Salam
Blogger!!!
Pdt. Andrey Christianto, S.Th
Admin
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Terima kasih Tuhan atas semua yg kau berikan kepadaku, terutama nafas kehidupan. Dan terimakasih buat bapak atau ibu dengan renungan mu buat saya dimalam hari ini. TYM ☝ sell �� amin
BalasHapus