YEFTA
ADALAH PEMIMPIN YANG BIJAKSANA (Hakim-Hakim 11:12-28)
Yefta
adalah seorang yang takut akan Allah, hal itu terbukti dengan ia membawa
seluruh perkara yang ia hadapi bersama bangsa Israel kehadapan Tuhan di Mizpa
(ayt 11). Ada beberapa hal yang dilakukan Yefta sebagai seorang pemimpin dalam
menghadapi masalah yang sedang dihadapi:
1. Mengawali
kepemimpinannya atas bangsa Israel terutama menghadapi bani Amon, Yefta mencoba
menyelesaikan pertikaian itu dengan berunding. Ia mengutus orang untuk
menghadap raja Amon menanyakan apa kesalahan bangsa Israel sehingga mereka
menyerang bangsa Israel. Yefta mendapat jawaban bahwa raja Amon menuduh orang
Israel mengambil tanah mereka, ketika mereka keluar dari tanah Mesir.
2. Yefta
kembali mengutus orang kepada raja Amon dengan pesan bahwa tuduhan raja Amon
tidak benar, jadi tidak beralasan raja Amon menyerang orang Israel. Lalu yefta
menerangkan bahwa sebenarnya, Allah melarang orang Israel menduduki daerah Amon
dan Moab (keturunan Lot, Keponakan Abraham). Karena itu orang Israel berjalan
menyusuri perbatasan tanah Moab, lalu menduduki daerah sebelah utara batang air
Arnon (yang dahulu memang termasuk daerah moab, tetapi pada waktu itu sudah
diduduki atau dikuasai oleh orang Amori) dan bangsa Israel merebutnya dari
orang Amori, mereka juga sudah menduduki daerah itu selama 300 tahun.
3. Perundingan
itu gagal, sebab raja Amon tetap menuntut orang Israel mengembalikan tanah yang
sudah mereka kuasai. Karena perundingan gagal maka Yefta menyerang bani Amon.
Melihat dengan apa yang dilakukan oleh Yefta dalam
menyelesaikan masalah sungguh patut menjadi contoh bagi kita:
1. Untuk menyelesaikan
masalah hal pertama yang harus diupayakan dengan jalan damai dan berunding,
sebab jika dengan jalan damai/berunding masalah bisa diselesaikan tentu tidak perlu
jalan kekerasan/perang. Hal ini sebenarnya menjadi peringatan bagi kita jaman
sekarang. Contohnya: melalui media elektronik atau surat kabar kita banyak
disuguhkan kabar maraknya tawuran antara pelajar atau sekelompok orang yang saling
serang dan kadang kala persoalan pemicunya hanya persoalan sepele atau kecil. Budaya
kekerasan sering kali menjadi cara untuk menyelesaikan masalah, budaya damai
yaitu membicarakan masalah dengan duduk bersama sudah mulai terkikis. Dan inilah
yang harus menjadi keprihatinan gereja, supaya gereja terus menyerukan kepada
anggota jemaat agar cinta damai dan hidup dalam kasih dengan sesama. Terutama
di dalam keluarga agar menyelesaikan setiap persoalan dengan cara
membicarakannya baik-baik dan dalam suasana damai, agar dapat menjadi contoh
bagi anak-anak kita.
2. Dari cara
Yefta menyelesaikan persoalan kita bisa katakan bahwa ia adalah orang yang
bijaksana. Ia ingin mengetahui duduk persoalannya, tidak langsung menyerang
begitu saja .Ia berusaha melihat secara jernih apa yang sedang dihadapi bangsa
Israel dengan Amon.
Seorang Pemimpin tentu bukan hanya dilihat dari kepintaran
saja, tetapi yang terpenting adalah kebijaksanaannya dalam menyelesaikan setiap
persoalan/masalah. Amin
Penulis : Pdt. Ina Ria Aty, S.Th
Terimakasih atas kunjungan Sobat
sekalian.
Bila anda suka dengan artikel ini silahkan Follow via Twitter, Like Via Facebook, Share di jejaring sosial, atau
berlangganan Artikel dari blog ini secara gratis. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini
silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah, secepat munggin
saya akan balas dan perbaiki.
[mau copas artikel, silahkan tetapi tolong cantumkan
sumbernya, demi kenyamanan kita semua].
Salam
Blogger!!!
Pdt. Andrey Christianto, S.Th
Admin
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Tidak ada komentar
Posting Komentar